Halaman

Welcome to my blog, you may found what are you looking for !

Minggu, 13 Oktober 2013

WAJAH BAHASAKU KINI

Menurut saya, penggunaan bahasa Indonesia banyak yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa asing sehingga semakin melunturkan semangat melestarikan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik harus dikaitkan dengan situasi dan kondisi di mana dan kapan bahasa digunakan. Disamping itu, harus juga dipertimbangkan siapa yang menjadi teman bicara kita.
Ketika seseorang berbicara dengan Orangtuanya, bahasa yang baik adalah bahasa yang santun. Biasanya,  pengungkapannya penuh dengan rasa hormat dan menyenangkan hati Orangtua. Walaupun struktur kalimat yang digunakan tidak terlalu dituntut sesuai kaidah, yang penting bahasa lisan yang digunakan seorang anak terhadap Orangtuanya menyenangkan.Begitupun juga dengan teman sebaya, kita juga harus berbahasa yang baik. Tetapi apakah kita juga harus berbahasa yang benar? Tentu saja tidak. Persoalannya adalah kapan dan di mana saja kita berbicara. Bahasa yang baik itu perlu diperhatikan karena sesuai dengan situasi dan kondisi. Namun bahasa yang benar tidak kita gunakan dalam berbagai situasi dan kondisi. Percakapan sesama teman, apalagi sifatnya tidak formal, tentu tidak menggunkan bahasa yang benar. Dengan demikian, bahasa antarteman tidak sama dengan bahasa ketika kita berbicara dalam suatu seminar atau di dalam kelas yang sifatnya formal. Situasi formal itu menuntut seseorang menggunakan bahasa yang baik dan benar.Seorang Pejabat yang sedang menyampaikan pidato di d epan peserta seminar atau memberikan arahan kepada bawahannya tentu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik dalam dua situasi formal itu adalah adanya sifat keformalan dalam kedua situasi itu.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
1.      Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2.      Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik bangetuang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3.      Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4.      Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5.      Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.

Dari semua ciri bahasa baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4 (lafal baku) yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari ragam akrab hingga ragam beku. Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Yang dimaksud bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa. Kaidah itu meliputi kaidah, baik bahasa lisan maupun tulisan.


Minggu, 06 Oktober 2013

OPINI TENTANG PENDIDIKAN


Menurut saya tentang pendidikan di Indonesia yaitu, masih kurang baik. Sebagaimana pendidikan itu sendiri mempunyai makna sebagai bekal untuk menuju hal-hal yang lebih baik bagi setiap orang. Pendidikan mencakup semua aspek penting dalam diri tiap individu khususnya aspek kepribadian. Aspek-aspek pendidikan yang berpengaruh dalam kehidupan tiap individu yakni, kecerdasan, keagamaan, akhlak, bermasyarakat, keterampilan, pengembangan potensi dan juga berbangsa dan bernegara. Mengapa saya menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia masih kurang baik? Karna tidak semua sekolah memenuhi standar pendidikan. Dan masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum merasakan pendidikan yang layak dan bahkan putus sekolah. Dan di Indonesiapun ada istilah “suap-menyuap”, “beli nilai” dan bahkan ijasah pun bisa dibeli di Indonesia.



Atap sekolah bocor = tidak sekolah kalau hujan ?



Kelas yang seperti  tidak layak untuk dijadikan tempat belajar dan mengajar.


        Di Indonesia, sangat banyak sekolah yang tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar atau untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Karena tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat. Pemerintahan di Indonesia juga kurang memperhatikan sekolah-sekolah dipelosok-pelosok negri yang kita cintai ini. Keadaan sekolah ini sangat memprihatinkan. Dimana banyak anak-anak di Indonesia yang kurang mampu, namun mempunyai semangat belajar yang tinggi. Lagi-lagi karna masalah ekonomi, yang membuat pendidikan mereka terhambat, sehingga mereka sering terganggu dalam proses belajar mengajarnya karena tempat yang tidak layak dan sangat mengganggu. Seperti misalnya atap yang bocor saat hujan, atau bahkan banjir. Bagaimana bisa pemerintah kita tidak menyadari keadaan pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan ini, sedangkan sangat sering siaran televisi menyiarkan berita tentang pendidikan. Semua karna UANG. Tanpa uang, pemerintahan tak akan jalan. Tanpa uang, pemerintahan tak akan bergerak. Tanpa untung timbal balik juga pemerintah akan “BUTA”. Itulah, kurangnya pendidikan akhlak, banyak terjadi korupsi. Bahkan mungkin juga korupsi uang dana bantuan sekolah. Semua pihak atau kalangan bawah merasa dirugikan karena adanya korupsi. Korupsi sangat mencoreng moral aspek pendidikan. Kita sebagai manusia, pastilah memiliki cita-cita. Dan dari sekolahlah kita memulai untuk belajar agar bisa menggapai cita-cita kita. Kita mulai belajar dan mendapat ilmu dan juga ijasah, surat yang paling dibutuhkan di masa depan kita, khususnya dalam berkarir. Dan lagi-lagi karna UANG, orang yang tidak memenuhi pendidikanpun bisa mendapat ijasah hanya dengan “membeli”. Sangan memalukan bukan? Bukan hanya ijasah, nilai-nya pun bias dibeli. Dan yang sangat tidak adil bagi masyarakat bawah adalah orang yang dengan mudah dan hidup lebih dari cukup yang bisa membeli ijasah beerta nilai-nilainya, bisa mendapat jabatan yang tinggi dengan upah gaji yang memuaskan pula. Tapi bagaimana dengan masyarakat kalangan bawah, yang hanya bermodalkan niat dan pendirian yang kokoh untuk mencapai pendidikan yang tinggi, yang belum terjamin masa depannya, kehidupan karirnya untuk mendapatkan kedudukan selayak usaha dan keahlian yang mereka punya. Semua sangat tidak adil. Masih adakah kesempatan untuk masyarakat kalangan bawah? SATU BANDING SEJUTA. Sekarang di Indonesia, kebanyakan bukan masalah yang paling utama, yaitu SKILL, namun seberapa besar uang “sogokan” nya. Andai saja pemerintahan kita jauh lebih tegas pastilah tidak aka nada yang merasa dirugikan. Coba bayangkan resiko yang harus ditanggung pemerintahan itu sendiri kedepannya. Ya, semua karena sudah terlena dengan UANG. Kurangnya aspek pendidikan keagamaan, akhlak dan berkehidupan bermasyarakat. Kembali ke masyarakat kalangan bawah, banyak anak-anak di Indonesia yang tidak bersekolah karna tidak memiliki biaya. Mereka menghabiskan hari-hari mereka untuk mencari uang, yang seharusnya dilakukan orangtua mereka. Mereka kebanyakan mencari uang dijalanan, dan bahkan ada juga yang bekerja sebagai tukang angkut, yang biasanya bebannya sangat berat, pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Sangat menyedihkan mengetahui mereka masih anak-anak dibawah umur, yang seharusnya mereka menerima pelajaran disekolah atau bermain dengan teman-temannya. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas ini semua? Butakah para pemerintah yang “sudah pasti” pernah melihat kejadian seperti ini. Bagaimana dengan masa depan anak-anak itu? Masa depan bangsa kita? Pandangan Negara lain tentang kejadian ini? Bisakah pemerintah mendirikan pos untuk ana-anak ini mengetahui betapa penting dan berharganya arti pendidikan. Tidak perlu mewah dan megah, tetapi bisa membuat mereka mengerti. Saya yakin ada banyak sekali sukarelawan ataupun pahlawan pendidikan yang senantiasa membantu mereka. Ini semua juga demi masa depan bangsa kita. 

        Essay saya ini memang hanya menjelaskan kelemahan pendidikan di Indonesia, namun bukan berarti tidak ada kelebihannya. Banyak juga anak atau pelajar Indonesia yang mengharumkan nama pendidikan Indonesia melalui pendidikan, apapun itu bentuknya. Dalam pendidikan umum, ataupun olahraga. Banyak pelajar di Indonesia yang berhasil mengharumkan nama pendidikan di Indonesia, sampai keluar negri. Sayangnya, meski banyak sekali sekolah atau universitas di Indonesia, pelajar di negri yang kita cintai ini lebih banyak memilih melanjutkan pembelajaran diluar negri. KENAPA? Apa karena diluar negri lebih bagus, atau lebih memadai, atau karna gengsi? Sangat disayangkan pelajar di Indonesia lebih memilih sekolah diluar negri. Harapan kita semoga pelajar di Indonesia bisa membawa dampak positif, bukannya tertular dampak negative. Semoga pelajar di Indonesia bisa membawa nama baik dan menjaganya diluar sana. Bagaimana cara memperbaiki system pendidikan di Indonesia? Di harapkan kepada pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan untuk bisa lebih membuka matanya, untuk menyadari bahwa masih sangat banyak diluar sana anak-anak Indonesia yang membutuhkan uluran tangan dan hati nurani kita untuk muwujudkan keinginan mereka untuk merasakan pendidikan yang layak, untuk melangkah mencapai impian dan cita-cita yang mereka miliki, dan untuk memajukan generasi kita kedepannya.

Bayangkan bagaimana kedepannya, keadaan Negara kita tanpa adanya pelajar-pelajar yang terdidik, yang mempunyai skill, yang bisa membawa perubahan di Indonesia. Bisakah pemerintah dan kita sebagai warga Negara Indonesia membantu mengurangi jumlah anak-anak jalanan yang kurang pendidikan? Indonesia membutuhkan para pahlawan tanpa tanda jasa, para relawan-relawan yang memiliki hati nurani. Indonesia membutuhkan PERUBAHAN! Berilah kesempatan kepada masyarakat kecil. Buatlah mereka merasa MERDEKA tanpa adanya penindasan dari masyarakat kalangan atas. Berilah kesempatan pendidikan kepada anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Apalah arti uang di mata pemerintahan kita, yang rupiah-rupiahnya sangat berarti untuk masyarakat yang LEBIH membutuhkan. Pendidikan juga mengajari kita untuk saling membantu. Pendidikan juga mengajari kita tentang kebaikan-kebaikan, tentang keagamaan, tentang pahala dan dosa. Semua ASPEK dalam kehidupan kita, bahkan hal yang terkecilpun telah diajarkan dari satu kata penuh makna dan penting dalam kehidupan kita, “PENDIDIKAN”. Apakah kita bisa tanpa pendidikan? TIDAK! Tidak akan ada rasa belas kasihan, kemanusiaan, bahkan tidak aka nada yang cerdas! Sekarang kita hidup di jaman serba modern yang semakin mempermudah kita mencapai pendidikan yang layak. Seharusnya kita malah harus semakin maju dan berpikir lebih cerdas dalam segala hal, karena apapun yang kita butuhkan, sangat tersedia pada jaman serba elektronik ini. Namun, kurangnya minat kita, lebih banyak orang yang terlena daripada memanfaatkan dan mengembangkannya. Dari pendidikan-lah kita belajar memanfaatkan. Jadi diharapkan pendidikan di Indonesia lebih diketatkan dan mengikuti perkembangan dunia sehingga kita tidak ketinggalan dari Negara lainnya.